Indienesia – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) selenggarakan seminar online Literasi Digital bertema “Menjadi Pendidik Yang Cakap Digital” pada, (21/03/2023).
Seminar menghadirkan Abdul Kharis Almasyhari Wakil Ketua DPR RI Komisi I, Semuel Abrijani Pangerapan selaku Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI dan Mohammad Sohibul Iman.
Seminar ini sebagai dukungan Kominfo RI terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai unsur masyarakat. Seminar juga bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet guna sarana edukasi dan binis, sebagai memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat.
Disisi lain seminar juga dimaksud untuk dapat mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya.
Semuel Abrijani menyampaikan melalui video, bahwa dimasa pandemi dan pesatnya teknologi telah merubah aktivitas seluruh masyarakat dalam melakukan kegiatan dan mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam transformasi digital Indonesia.
“Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mewujudkan masyarakat digital dimana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peran yang sangat penting. Pemerintah tidak dapat bergerak sendiri sehingga peran masyarakat sangat dibutuhkan. Kominfo dan Siber Kreasi serta stakeholder lainnya terus berupaya mengadakan kegiatan guna mencapai tingkat literasi yang optimal,” kata Semuel.
Sedangkan Abdul Kharis Almasyhari juga ikut menyoroti perkembangan dunia saat ini, yang dipicu oleh kemajuan teknologi.
“Kemajuan khususnya dalam Information and Communication Technology (ICT) sangat vital, pendidikan adalah lokomotif kemajuan bangsa. Generasi saat ini adalah generasi digital native,” katanya.
Kondisi itu menurutnya menuntut guru sebagai pendidik untuk mengikuti perkembangan zaman termasuk bagi para guru yang masuk dalam generasi kolonial. Hal tersebut dikarenakan peserta didik adalah anak-anak milenial yang merupakan penduduk asli dunia digital.
Hadirnya perkembangan ICT, menuntut guru untuk dapat menyesuaikan dengan segala perkembangan zaman.
“Perkembangan teknologi juga menjadi salah satu hikmah positif yang dapat diambil ketika dunia beberapa waktu terakhir mengalami pandemi yang menjadi lompatan drastis untuk teknologi. Kondisi tersebut harus dimanfaatkan oleh para guru dan pemerhati dunia pendidikan,” imbuhnya.
Disisi lain, Sohibul Iman, lebih melihat seorang guru akan semakin tidak relevan ketika guru tersebut tidak mampu mengembangkan metode pembelajaran yang menarik. Inovasi dalam dunia digital menjadi tidak terbatas dan dalam berinovasi itu diperlukan kolaborasi karena hampir mustahil sebuah produk hanya diciptakan satu atau dua orang saja.
“Guru harus mampu mengeksplor karya kreatif orang lain dan menjadi guru yang inovatif, inovasi tidak mungkin jika tidak adanya kolaborasi. Tidak akan rugi jika guru menjadi guru yang melek digital,” katanya.
Sebab menurut dia, melek digital membuat guru memiliki kesempatan untuk mencari sumber informasi yang luas di seluruh dunia, dapat mengembangkan metode pembelajaran yang variatif, juga dapat mengekspos ilmu secara lebih luas lagi dengan memanfaatkan sarana digital seperti media sosial.
Adapun Dani Mulyana, yang merupakan Ketua Yayasan Taman Indonesia melihat keberadaan era disrupsi saat ini telah membuat teknologi menjadi hal yang sangat mempengaruhi kehidupan.
“Kehidupan mengalami pergeseran, dari konvensional menjadi modern dan serba online. Literasi digital adalah seluruh kemampuan untuk bertahan hidup di era digital yang merupakan modal bagi setiap anak. Pendidikan menyiapkan SDM yang kritis, inovatif, dan mampu menyelesaikan masalah,” ungkap Dani.
Untuk menyikapinya, Dani mengatakan, etika digital harus tetap disampaikan kepada anak-anak. Seorang guru sebagai seorang pendidik juga harus memberi penguatan karakter kepada peserta didik.
Iya juga memberikan uraian strategi diantaranya adalah pemetaan terhadap peserta didik, menyajikan pembelajaran yang berpihak pada murid, membuat media pembelajaran yang baik, memanfaatkan media sosial, menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan, dan berkomunikasi dengan para guru lainnya.
Acara ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam literasi digital. Terutama sebagai dukungan kepada pemerintah dalam mewujudkan transformasi digital Indonesia.