Indienesia – Survei lembaga think tank asal Australia, Lowy Institute, mendapati mayoritas masyarakat Indonesia punya keyakinan tinggi akan masa depan RI, meski di tengah pandemi Covid-19. Hal itu tak terlepas dari kepercayaan masyarakat akan kepemimpinan kepala negaranya.
Sebanyak 74 persen responden mengaku sangat atau cukup yakin dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan, angka kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi jauh lebih tinggi dari pemimpin dunia lainnya. Misalnya pemimpin favorit warga Indonesia, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) mendapat 57 persen kepercayaan masyarakat Indonesia.
Kemudian, Putra Mahkota Uni Emirat Arab Mohamed bin Zayed Al Nahyan mendapat angka kepercayaan 52 persen. Lalu, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Presiden AS Joe Biden mendapatkan 44 persen suara.
Di samping kedua pemimpin dunia itu, tingkat kepercayaan responden Indonesia lebih rendah dari 50 persen. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyusul di belakang MbZ dengan 45 persen.
Sementara 40 persen responden menaruh kepercayaan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, survei ini digelar sebelum Rusia menginvasi Ukraina.
Tak berhenti di situ, masyarakat Indonesia juga menunjukkan ketidakpercayaan terhadap pemimpin dunia utama lainnya. Misalnya Presiden China Xi Jinping mendapat kepercayaan setingkat pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un, 34 persen.
Sementara, hanya 38 persen responden percaya kepada PM Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
“Makin banyak warga WNI yang mempercayai Presiden Jokowi mengambil tindakan yang tepat di kancah internasional dibandingkan pemimpin dunia lainnya,” demikian pernyataan Lowy Institute, yang dirilis pada Selasa (05/04/2022).
Sementara, 84 persen responden mengaku percaya Indonesia sangat atau cukup bertanggung jawab dalam perannya di dunia internasional. Angka tersebut tak berubah dari survei pada 2011 lampau.
Di lain sisi, tingkat masyarakat yang merasa aman juga membaik, menjadi 74 persen dari 68 persen pada 2011. Pada 2006, angka rasa aman lebih rendah, 43 persen.
“Senada, mayoritas atau 80 persen masyarakat Indonesia mengatakan negara mereka berjalan ke arah yang benar,” tulis Lowy.