Indienesia – Sekertaris anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia (Wantimpres RI) yang juga penasihat Rumah Juang Indonesia Jan Prince Permata menekankan pentingnya merefleksikan konsep pemikiran Sukarno tentang Trisakti dalam kehidupan di masyarakat desa.
“Trisakti Sukarno berisi tentang berdaulat secara politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan penting dijadikan pedoman hidup masyarakat desa di Indonesia,” katanya dalam Dialog Interaktif Desa dengan tema “Refleksi Pemikiran Soekarno dan Desa” di Jakarta, Selasa (21/06/2022), yang digelar secara hybrid online dan offline untuk memperingati momentum haul dan bulan Bung Karno.
Dialog juga menghadirkan Sekjen DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia M. Ageng Dendy Setiawan dan Ketua Umum Akar Desa Indonesia Rifqi Nuril Huda serta Annisa Nuril Deanty Direktur Eksekutif Srikandi Energi Indonesia sebagai moderator.
“Marhaenisme dan Trisakti Bung Karno saling berkaitan dekat dan erat dengan desa, pertanian dan budayanya serta identik dengan otonomi dan kemandirian desa,” terangnya.
Menurutnya, Trisakti Bung Karno relevan dalam memperkuat pembangunan desa beserta masyarakat dan budayanya dimana korelasi tersebut ada pada Marhaen yang merupakan mereka, para petani kecil yang memiliki lahan kecil, alat-alat produksi terbatas dan hidup dalam sistem kapitalisme dan feodalisme.
“Petani dan pertanian terdapat di lingkungan desa. Singkatnya, gagasan dan pemikiran Bung Karno tak bisa dipisahkan dari desa,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Jan Prince menyampaikan digitalisasi yang juga merambah desa perlu diterapkan dalam memperkuat kelembagaan pemerintahan desa. Tujuannya, menurut Jan, agar program-program pembangunan efektif dilakukan di perdesaan. Pengembangan Ekonomi Desa, Jan menawarkan beberapa pendekatan untuk memajukan masyarakat desa yang juga terdampak pandemi Covid-19.
Menuriut Jan, berkurangnya pendapatan dan kelangkaan barang di desa berdampak pada menurunnya konsumsi. Sebagian masyarakat harus mengatur pengeluarannya karena ketidakpastian kapan pandemi berakhir.
“Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat turun dan terjadilah apa yang disebut dengan deflasi,” ujar Jan. Lebih lanjut, Jan Prince mendorong pengembangan desa melalui strategi untuk pemulihan ekonomi desa dan perdesaan akibat terdampak pandemi Covid-19.
Strategi tersebut antara lain, perlunya restrukturisasi kredit atau pembiayaan modal kerja sektor informal, UMKM dan BUM Desa. Selain itu, Jan mendorong untuk memperkuat BUM Desa sebagai motor penggerak ekonomi desa. Termasuk mendorong digitalisasi desa sehingga program pembangunan lebih efektif. Strategi lainnya, menurut Jan Prince, perlunya pengembangan desa wisata berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal.
“Terakhir, perlunya program bantuan langsung tunai dan padat karya dana desa,” tandasnya.
Sementara itu Rifqi Nuril Huda juga menyampaikan desa adalah wajah Indonesia. Menurutnya, di desa kita bisa melihat adat budaya bangsa, bahasa berbagai daerah dan kultur bangsa Indonesia. Selain itu desa juga menjadi penopang kebutuhan pokok bangsa kita. Mulai dari pangan, energi, air, dan sumber daya alam yang lain.
Rifqi menambahkan jumlah wilayah administrasi desa kurang lebih 74.000 dan dominasi populasi generasi milenial dan z di Indonesia.
“Artinya, populasi anak muda negara Indonesia adalah berada di desa dan mereka pemuda desa,” ujar Rifqi.
Sementara itu, M. Ageng Dendy Setiawan menegaskan desa adalah benteng terakhir untuk pertahanan negara Indonesia.
“Desa adalah tempat ideologi bangsa Indonesia diimplementasikan,” kata Dendy.