Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan akan melarang ekspor mineral mentah bauksit mulai Juni 2023 mendatang. Ini juga sejalan dengan Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba).
Berdasarkan UU Minerba, paling telat 10 Juni 2023, ekspor mineral mentah resmi dilarang. Adapun produk mineral yang diizinkan diekspor yaitu yang telah melalui proses pengolahan dan pemurnian atau hilirisasi terlebih dahulu di dalam negeri.
Lantas, bagaimana dengan PT Freeport Indonesia yang saat ini juga masih mengekspor konsentrat tembaga? Bagaimana dengan progres pembangunan smelter barunya di Gresik, Jawa Timur?
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan, pihaknya saat ini tengah mengebut penyelesaian pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga barunya yang berada di kawasan industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur.
Tony mengatakan, hingga akhir November 2022 lalu progres pembangunan smelter sudah mencapai 47,4%. Dan sampai akhir tahun ini menurutnya progres pembangunan sudah bisa mencapai 50%.
“Ini progres sekarang sudah per akhir November sudah 47,4%, diharapkan akhir tahun ini 10 hari lagi itu bisa mencapai 50%,” ucapnya dalam program Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (23/12/2022).
Dia pun menyebut, pada akhir 2023 progres konstruksi fisik smelter ini sudah tuntas, lalu akan dilanjutkan dengan uji coba atau commissioning test. Dan pada Mei 2024 smelter tembaga ini bisa dioperasikan secara komersial.
“Di akhir 2023 ini physical construction mechanical completion sudah selesai, tinggal kita commissioning hingga Mei 2024 sudah mulai berproduksi,” ungkapnya.
Seperti diketahui, awal pembangunan smelter baru Freeport ini dilakukan pada Oktober 2021 lalu yang juga turut disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Smelter dengan nilai investasi US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun ini disebutkan akan menjadi smelter single line terbesar di dunia. Smelter baru ini akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun menjadi produk 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Saat ini PTFI juga telah memiliki satu smelter yang telah beroperasi – juga berlokasi di Gresik. Perusahaan bekerja sama dengan Mitsubishi membentuk PT Smelting. Smelter PT Smelting yang telah dibangun sejak 1996 lalu memproduksikan 300 ribu ton katoda tembaga dari hasil olahan sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya.
Adapun kepemilikan saham PTFI di PT Smelting saat ini baru sebesar 40%. Namun demikian, perusahaan berencana untuk menambah kepemilikan saham menjadi 66%.
Penambahan saham ini karena PT Smelting kini juga dalam proses ekspansi atau peningkatan kapasitas.
Berdasarkan laporan perusahaan, PTFI telah berbicara dengan pemegang saham mayoritas PT Smelting, yakni Mitsubishi Materials Corporation (MMC), untuk proyek ekspansi ini. Adapun peningkatan kapasitas di smelter yang telah ada tersebut direncanakan akan naik 30% atau sekitar 300 ribu ton konsentrat per tahun.
Dengan demikian, kapasitas pengolahan konsentrat tembaga PT Smelting akan naik menjadi 1,3 juta ton dari saat ini 1 juta ton per tahun.
Artikel Selanjutnya
Antam Bakal Angkut 50 Ton Emas Freeport
(wia)