Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung kembali menguat pada perdagangan Kamis (12/1/2023), jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan China pada hari ini.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,3%, Hang Seng Hong Kong dan ASX 200 Australia melesat 0,87%, Shanghai Composite China bertambah 0,18%, Straits Times Singapura naik 0,1%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,77%.
Dari China, data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Desember 2022 akan dirilis pada hari ini.
Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi China periode tersebut bakal kembali naik menjadi 1,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), namun melambat secara bulanan.
Tak hanya data IHK, China juga akan merilis data inflasi berdasarkan producer price index (PPI) atau Indeks Harga Produsen (IHP) periode Desember 2022.
IHP China diperkirakan akan kembali tumbuh negatif secara tahunan (yoy), di tengah melemahnya permintaan domestik karena pembatasan Covid-19 yang ketat dan penurunan harga komoditas.
Bursa Asia-Pasifik cenderung kembali mengikuti pergerakan Wall Street yang menghijau pada perdagangan Rabu kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,8%, S&P 500 melesat 1,28%, dan Nasdaq Composite berakhir melonjak 1,76%.
Perhatian investor Wall Street untuk sisa perdagangan pekan ini kemungkinan akan fokus pada laporan IHK AS Desember 2022, yang akan dirilis Departemen Tenaga Kerja malam ini waktu Indonesia.
Konsensus Trading Economics memperkirakan tingkat inflasi melandai menjadi 6,5% secara tahunan (yoy), turun dari 7,1% sebulan sebelumnya.
Manajer uang mengatakan mereka bersiap untuk perdagangan yang berpotensi bergejolak setelah rilis data. Data inflasi dalam beberapa bulan terakhir telah memicu perubahan besar dalam kinerja pasar saham. Turunnya inflasi akan menjadi tanda yang menggembirakan bagi investor.
Data inflasi terbaru ini akan menjadi faktor penting dalam pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The fed berikutnya), yang dimulai pada 31 Januari
Federal-funds futures, yang digunakan oleh investor dan pedagang sebagai barometer potensi kenaikan suku bunga acuan menunjukkan peluang 77% bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), menurut CME Group.
Jika sesuai ekspektasi, kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 basis poin pada bulan lalu dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret 2022.
Pejabat bank sentral AS sejauh ini telah mengindikasikan bahwa mereka belum selesai dengan kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa lalu mengatakan bahwa bank sentral tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi dengan menahan pertumbuhan ekonomi.
Di lain sisi, pengungkapan kinerja keuangan kuartal terakhir tahun lalu yang akan dimulai oleh perusahaan perbankan akhir minggu ini juga tetap menjadi perhatian utama para investor.
Secara keseluruhan, analis memperkirakan perusahaan S&P 500 melaporkan penurunan pendapatan kuartalan pertama mereka dari tahun ke tahun sejak penyebaran pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)